Al-Hikam Pasal 132: Imbalan atas Amal

مَتَى طَلَبْتَ عِوَضًا عَلَى عَمَلٍ طُوْ لِبْتَ بِوُجُوْدِ الصِّدْقِ فِيْهِ وَيَكْفِى الْمُرِيْبَ وُجْدَانُ السَّلَامَةِ

"Apabila engkau menuntut imbalan atas suatu amal perbuatan (maka) engkau dituntut dengan adanya ke-shiddiq-an di dalamnya. Dan cukuplah bagi seorang peragu (sekadar untuk) memperoleh keselamatan."

Syarah

Jika berdoa, maka hadapkanlah wajahmu kepada Pemberi Rezeki, bukan kepada objek yang diminta. Barang siapa berdoa, tapi menghadapkan wajah kepada permohonan, maka tidak akan dikabulkan. Seharusnya menghadapkan wajah kita pada yang mengabulkan permohonan (Allah).

Berdoa itu jangan mengharapkan hasil yang mutlak, harus A atau B atau C. Seolah kita lebih mengerti dari Yang Maha Mengatur. Jangan memaksa. Jangan menaruh khawatir terhadap pengabulannya, apa yang diberikan adalah yang terbaik pada saat itu.

Semua karunia Allah itu "dibeli" dengan amalan tertentu, baik itu dengan doa, dengan perbuatan, dengan shadaqah, thalabul 'ilmi, apapun itu dengan harapan ditolong Allah SWT. 

Ke-shiddiq-an membawa kepada kebenaran tertinggi. Ada shadaqah, ada shiddiq, ada shaadiq. Shiddiqin itu orang yang telah diperkuat dengan Nur Ilmu. Tetapi harus dimulai dengan kejujuran (shaadiq), yaitu kejujuran kepada diri sendiri. Jika mengerjakan yang tidak sesuai dengan diri lalu memaksakan diri karena mengharapkan harta atau pangkat, sebenarnya itu sudah tidak jujur kepada diri sendiri.

Kerjakan sesuatu yang "klop" dengan hati. Tentu hati yang jujur. Jika dimulai dengan ketidakjujuran, maka di satu titik akan ambruk. Tentu yang paling tahu adalah diri sendiri. Jangan membuang waktu dengan sesuatu yang bukan dirimu. Meskipun terlihat lambat, sesuatu yang memang hak kita, kerjakan pasti ada hasilnya.

Kerjakanlah sesuatu yang sesuai dengan hati masing-masing. Sikap objektif, dalam bidang apapun, akan mengantar kepada kebenaran yang tertinggi.

Di sini Ibnu Athaillah mengkontraskan ash-shiiddiq (kejujuran) dengan al-muriib (keraguan). Jadi kalau masih ragu, cukuplah dengan mengharapkan keselamatan saja dulu. Tentunya keraguan adalah awal dari keyakinan, maka jangan sampai keraguan itu dibiarkan. Keraguan itu hanya akan membawa seseorang pada kebaikan hanya jika orang tersebut mencari tahu kebenaran dibalik keraguannya.