Al-Hikam Pasal 144: Dua Jenis Tutupan Allah
السَّتْرُعَلَى قِسْمَيْنِ: سَتْـرٌعَنِ الْمَعْصِيَةِ وَسَتْـرٌ فِيْهَا فَالْعَامَّةُ يَطْلُبُوْنَ مِنَ الله تَعَالَى السَّتْـرَفِيْهَاخَشْيَةَ سُقُوْطِ مَرْتَبَتِهِمْ عِنْدَ الْخَلْقِ، وَالخَاصَّةُ يَطْلُبُونَ مِنَ الله السَّتْـرَ عَنْهَاخَشْيَةَ سُقُوْطِهِمْ مِنْ نَظَرِ الْمَلِكِ الْحَقِّ
"Tutupan Allah itu ada dua jenis: Penutup dari (perbuatan) maksiat dan penutup dalam (perbuatan) maksiat. Maka manusia pada umumnya meminta dari Allah Ta'ala penutup dalam (perbuatan) maksiat, dikarenakan mereka takut martabatnya jatuh dalam pandangan manusia. Adapun orang-orang yang khusus meminta dari Allah penutup dari (perbuatan) maksiat, dikarenakan mereka takut akan kejatuhan mereka dalam pandangan Allah Al-Haqq."
Syarah
Tutupan Allah itu ada dua jenis, pertama penutup dari (perbuatan) maksiat, dan kedua, penutup di dalam (perbuatan) maksiat.
Manusia pada umumnya meminta dari Allah Ta'ala penutup di dalam perbuatan maksiat. Maksudnya menginginkan perbuatan maksiatnya Allah tutupi, karena jika Allah buka, mereka takut martabatnya akan jatuh dalam pandangan manusia. Ini adalah tutup Allah jenis yang pertama, yang umum, yang diminta kalangan Al-Ammah (umum).
Manusia umum hanya memikirkan bagaimana agar perbuatan maksiatnya tertutupi dari pengetahuan manusia lain, sehingga yang penting baginya adalah pandangan manusia. Tolak ukurnya adalah pada nilai baik atau buruk menurut pandangan manusia.
Di sisi lain, manusia yang khusus (kalangan Al-Khosh) mementingkan bagaimana pandangan Allah kepada dirinya. Yang terpenting baginya adalah bagaimana pandangan Allah pada dirinya. Baik atau buruknya, yang menjadi pertimbangannya, adalah menurut pandangan Allah. Oleh karena itu, manusia yang khusus meminta agar dirinya ditutup (dihalangi) dari apa-apa yang buruk dari sudut pandang Allah Ta'ala.
Maksiat dalam pandangan Allah bukan hanya dalam hal perbuatan, namun juga pikiran buruk, prasangka buruk, niat yang buruk serta isi hati yang buruk. Suatu hal yang hanya diketahui oleh Allah Ta'ala. Manusia yang khusus meminta kepada Allah dijauhkan dari maksiat, bahkan sejak dari jenis maksiat dalam dirinya yang belum terlihat oleh makhluk.